Salah satu bentuk fitnah akhir zaman ini adalah seperti yang diungkapkan oleh al-Imâm al-Hâfizh Abu Hafsh Ibn Syahin, --salah seorang ulama terkemuka yang hidup sezaman dengan al-Imâm al-Hâfizh ad-Daraquthni (w 385 H)--, berkata:
“Ada dua orang saleh yang diberi cobaan berat dengan orang-orang yang sangat buruk dalam akidahnya. Mereka menyandarkan akidah buruk itu kepada keduanya, padahal keduanya terbebas dari akidah buruk tersebut. Kedua orang itu adalah Ja’far ibn Muhammad dan Ahmad ibn Hanbal”
Orang pertama, yaitu al-Imâm Ja’far ash-Shadiq ibn al-Imâm Muhammad al-Baqir ibn al-Imâm Ali Zayn alAbidin ibn al-Imâm asy-Syahid al-Husain ibn al-Imâm Ali ibn Abi Thalib, beliau adalah orang saleh yang dianggap oleh kaum Syi’ah Rafidlah sebagai al-Imâm mereka. Seluruh keyakinan buruk yang ada di dalam ajaran Syi’ah Rafidlah ini mereka sandarkan kepadanya, padahal beliau sendiri sama sekali tidak pernah berkeyakinan seperti apa yang mereka yakini. Orang ke dua adalah al-Imâm Ahmad ibn Hanbal, salah seorang Imam madzhab yang empat, perintis madzhab Hanbali. Kesucian ajaran dan madzhab yang beliau rintis telah dikotori oleh orang-orang Musyabbihah yang mengaku sebagai pengikut madzhabnya. Mereka banyak melakukan kedustaan-kedustaan dan kebatilan kebatilan atas nama Ahmad ibn Hanbal, seperti akidah tajsîm, tasybîh, anti takwil, anti tawassul, anti tabarruk, dan lainnya, yang sama sekali itu semua tidak pernah diyakini oleh al-Imâm Ahmad sendiri.
Sesungguhnya kecenderungan timbulnya akidah tasybîh (Penyerupaan Allah dengan makhluk-makhluk-Nya) belakangan ini semakin merebak di berbagai level masyarakat kita. Sebab utamanya adalah karena semakin menyusutnya pembelajaran terhadap ilmu-ilmu pokok agama, terutama masalah akidah. Bencananya sangat besar, dan yang paling parah adalah adanya sebagian orang-orang Islam, baik yang dengan sadar atau tanpa sadar telah keluar dari agama Islam karena keyakinan rusaknya.
Buku yang ada di hadapan anda ini semoga memberikan pencerahan, bagi penulis, keluarga, kerabat, dan umat Islam pada umumnya. Setiap “tuduhan” atau “klaim” dalam buku ini penulis kutip secara orisinal dengan teks Arabnya dari kitab aslinya (Shâhib al-maqâl) dengan harapan menjadi pertimbangan yang dapat menguatkan kesimpulan. Dan pada akhirnya segala yang baik dari buku ini hakikatnya dari Allah dan semoga memberikan manfaat bagi kita semua, sementara kesalahan-kesalahan di dalamnya semoga diampuni Allah.
Amin.
Dr. H. Kholilurrohman, MA
Asy-Syâfi’i al-Asy’ari al-Qâdiri ar-Rifâ’i